Wednesday, March 16, 2011

Cerita Singkat tentang Sirath (Jembatan di Hari KIAMAT)

Konon, pada suatu hari, ada seorang laki-laki dan anaknya yg sudah menginjak remaja beserta seekor keledai sedang berjalan di gurun pasir. Pada mulanya, si anak remaja mengendarai keledai, sedangkan sang ayah berjalan kaki sambil menuntun keledai.

Melihat rombongan itu, ada seorang penduduk setempat yg memberikan komentar, "Tega benar anak remaja itu, masa orang tuanya harus berjalan kaki. Di jembatan hari kiamat kelak (sirath), ia akan berjalan di atasnya, seperti memanggul gunung." Mendengar komentar itu, sang ayah dan sang anak sepakat untuk bertukar tempat sehingga anak berjalan kaki sambil menuntun keledai, sedangkan sang ayah ada di atas keledai.

Sampai di desa berikutnya, mereka mendengar komentar lain, "Tega benar si ayah itu. Ia sendiri naik keledai, sedangkan anaknya berjalan kaki. Di jembatan akhirat kelak (sirath), si ayah akan berjalan di atasnya seperti membawa air satu samudera." Mendengar komentar itu, keduanya sepakat untuk naik keledai bersama-sama, bukan bergantian seperrti terjadi selama ini.

Sampai di desa berikutnya, mereka mendengar komentar lain, "Tega benar bapak dan anak ith. Masa dua2nya naik keledai yg sudah terlihat kelelahan itu. Di jembatan di hari kiamat kelak, mereka akan berjalan di atasnya, seperti sedang memanggul gunung dan satu samudera air laut." Mendengar komentar itu, keduanya sepakat untuk menggotong keledai berdua sehingga sang keledai terlihat semringah dan kedua orang itu terlihat kelelahan.

Namun, sampai desa berikutnya, banyak orang saling bertanya, kenapa kedua orang itu menggendong keledai bertanya, kenapa kedua orang itu menggotong keledai. Ada yg berkomentar, "Tega sekali keledai itu membuat kedua orang pemiliknya menderita. Sudah pasti di akhirat kelak, si keledai akan melewati jembatan (sirath) seakan-akan menggotong dua dunia.

Mendengar komentar itu, si bapak dan anak berkesimpulan bahwa masyarakat yg memberikan komentar itu "tidak paham tentang arti sirath (jembatan penyeberangan di akhirat).

Kesimpulan kedua orang itu ternyata benar. TIDAK ADA KOMENTAR MANUSIA "YG TEPAT" MENGENAI sirath. Walaupun begitu, kedua orang itu perlu melakukan intropeksi, kenapa harus menggotong keledai hanya demi komentar orang ?

Meskipun manusia tidak paham tentang sirath yg sebenarnya, manusia harus tetap mempercayainya. Setelah melewati proses perkumpulan di Padang Mahsyar yg di dalamnya ada prosesi pembagian kitab (rapor), mizan (penimbangan), dan hisab (perhitungan dan pengadilan),manusia berbondong-bondong menuju sebuah jembatan yg dikenal dengan sirath.




*udahan ya, males lanjutin pegel jari WK

No comments:

Post a Comment